12.1
12.1
Komputer sebagai Bagian dari Sistem Fisik
Manajemen manufaktur menggunakan komputer baik sebagai suatu elemen dalam
sistem produksi fisik. Ada tiga cara dalam menggunakan teknologi komputer dalam
sistem fisik ini, yaitu Computer-Aided Design (CAD), Computer-Aided
Manufacturing (CAM), dan Robotik.
1.
Computer-Aided Design (CAD)
Computer-Aided Design (CAD), yang saat ini sering
disebut Computer-Aided Engineering (CAE) melibatkan penggunaan komputer untuk
membantu rancangan produk yang akan dimanufaktur. CAD pertama kali digunakan
dalam industri dirgantara dan kemudian diadopsi oleh pembuat mobil. CAD
kemudian digunakan untuk merancang segala sesuatu dari struktur rumit hingga
bagian-bagian terkecil.
2.
Computer-Aided Manufacturing
(CAM)
Saat ini, pabrik-pabrik besar telah menerapkan
teknologi CAM. Computer-Aided Manufacturing (CAM) adalah penerapan komputer
dalam proses produksi. Komputer berperan sebagai pengendali atas beberapa mesin
produksi sehingga produksi dapat berjalan lebih cepat dan presisi yang lebih
tinggi daripada jika pekerja manusia yang mengendalikan.
3.
Robotik
Robotik melibatkan penggunaan robot industrial (industrial
robots
– IR), alat yang secara otomatis melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam proses manufaktur. Robotik memungkinkan perusahaan untuk memotong biaya dan mencapai tingkat kualitas yang tinggi.
– IR), alat yang secara otomatis melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam proses manufaktur. Robotik memungkinkan perusahaan untuk memotong biaya dan mencapai tingkat kualitas yang tinggi.
12.2
Komputer
Sebagai Sistem Informasi
Sistem informasi
manufaktur menjelaskan subsistem CBIS yang menyediakan informasi mengenai
operasi produksi. Output dari system
informasi manufaktur digunakan untuk menciptakan dan mengoperasikan sistem produk fisik.
Tidak banyak referensi
mengenai sistem informasi manufaktur dalam literatur. Nama – nama yang telah digunakan – ROP,
MRP, MRP II, JIT, dan CIM merupakan
pendekatan untuk mengelola proses manufaktur dan semua menggunakan informasi.
Kecuali CIM (computer integrated
manufacturing) adalah suatu konsep baru yang baru berkembang.
1.
Sistem titik pemesanan
kembali ( reorder point - ROP)
Setelah komputer pertama
diterapkan secara berhasil dalam area akuntansi, komputer diberikan tugas
menegendalikan persediaan. Pendekatan paling sederhana adalah pendekatan
reaktif yaitu menunggu hingga saldo suatu jenis barang mencapai tingkat
tertentu dan kemudian memicu pesanan pembelian atau suatu proses produksi.
Tingkat barang yang berfungsi sebagai pemicu disebut titik pemesanan kembali
dan sistem yang mendasarkan keputusan pembelian pada titik pemesanan kembali
disebut sistem titik pemesanan kembali. Manajer tidak suka
sesuatu yang begitu ketat. Sebagai ukuran berjaga – jaga disisihkan sejumlah
persediaaan yang disebut safety stock. Perusahaan berharap
tidak perlu menggunakan safety stocknya,
tetapi disediakan untuk bejaga – jaga – seperti halnya ban serep.
Rumus titik pemesanan
kembali. Manajer manufaktur tidak perlu menebak untuk menentukan ROP. ROP dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
R = LU + S
R = titik pemesanan
kembali
L = lead time pemasok (dalam hari)
U = tingkat pemakaian
(jumlah unit yang digunakan atau terjual per hari)
S = tingkat safety stock (dalam unit)
2. Material Requirements
Planning (MRP)
Pada awal 1960-an
Joseph Orlicky dari J. I. Case Company membuat suatu pendekatan baru untuk
manajmen material yang disebut MRP. MRP adalah suatu strategi material proaktif. Daripada hanya menunggu hingga
saat memesan, MRP melihat ke masa depan dan mengidentifikasi material yang akan
diperlukan, jumlahnya, dan tanggal diperlukannya. Komponen
– komponen utama sistem MRP:
a. Sistem
penjadwalan produksi
Menggunakan empat file dalam menyiapkan master production schedule. Data input mencakup file pesanan pelanggan, ramalan penjualan, persediaan barang jadi,
dan kapasitas produksi. Master production
schedule memproyeksikan produksi cukup jauh kedepan untuk mengakomodasi
proses produksi yang merupakan kombinasi lead
time pemasok dan waktu produksi terlama. Jadwal produksi dapat melihat
hingga satu tahun kedepan.
b. Sistem
material requirements planning
Menentukan berapa
banyak material yang diperlukan untuk memproduksi jumlah unit yang diinginkan. File bill of material digunakan untuk
menguraikan bill of material untuk
tiap jenis barang yang dijadwalkan untuk produksi dengan mangalikan kuantitas
di bill of material dengan jumlah
unit yang akan diproduksi. Tujuan dari penguraian ini untuk menentukan total kebutuhan material yang disebut
kebutuhan bruto (gross requirement)
yang akan diperlukan untuk menghasilkan produk yang dijadwalkan. Selanjutnya, file persediaan bahan baku digunakan
untuk menentukan material mana yang telah dimiliki. Material yang dimiliki
dikurangi dengan kebutuhan bruto untuk menentukan kebutuhan netto (net requirement) – yaitu jumlah yang harus
dibeli untuk memenuhi
jadwal produksi.
c. Sistem
capacity requirement planning
Sistem ini bekerja
berhubungan dengan sistem material
requirement untuk memastikan bahwa produksi terjadwal itu sesuai dengan
kapasitas pabrik. Setelah dibuat penentuan, sistem material requirement planning menghasilkan beberapa output. Output utama adalah jadwal pemesanan terencana (planned order schedule) yang
mendaftarkan jumlah kebutuhan tipa material berdasarkan periode waktu. Output lain mencakup:
·
Perubahan pesanan
terencana yang mencerminkan pesanan yang dibatalkan, pesanan yang dipercepat,
dan kuantitas pesanan yang dimodifikasi.
·
Laporan perkecualian
yang menandai barang – barang yang memerlukan perhatian manajemen.
·
Laporan kinerja yang
menunjukkan seberapa baik sistem berkinerja dilihat dari ukuran stockout dan ukuran lain.
·
Laporan perencanaan
yang dapat
digunakan oleh manajemen manufaktur untuk perencanaan persediaan masa depan.
d. Sistem
pelepasan pesanan (order release system)
Menggunakan jadwal
pesanan terencana untuk input dan
mencetak suatu laporan pelepasan pesanan. Satu salinan diserahkan kepada
pembeli di departemen pembelian untuk digunakan dalam berunding dengan pemasok
dan salinan yang lain dikirimkan ke manajemen lantai kerja (shop floor) untuk digunakan dalam
mengendalikan proses produksi.
MRP
memungkinkan perusahaan mengelola materialnya secara lebih baik. Perusahaan
dapat menghindari kehabisan persediaan yang disebabkan oleh menunggu hingga
menit terakhir dan menyadari bahwa persediaan yang dipesan tidak tersedia.
Juga, dengan mengetahui kebutuhan material di masa depan, pembeli dapat
merundingkan perjanjian pembelian dengan pemasok dan mendapatkan rabat.
Walau
sejumlah besar perusahaan menerapkan MRP, mereka tidak selalu menyadari manfaat
yang diperkirakan.pengalaman menunjukkan bahwa MRP cocok untuk lingkungan
prosuksi tertentu daripada yang lainnya. Sebgaian perusahaan telah meninggalkan
MRP mereka, sementara yang lain telah memperluasnya dengan harapan mencapai
manfaat yang lebih besar.
3. Manufacturing Resource
Planning (MRP II)
Penggembangkan
konsep MRP di luar area manufaktur sehingga dapat meliputi seluruh perusahaan disebut MRP II. Sistem
MRP II mengintegrasikan semua proses di dalam manufaktur yang berhubungan
dengan manajemen material. MRP II juga berhubungan dengan subsistem CBIS lain. MRP II dapat
menyediakan informasi bagi sistem informasi eksekutif dan bagi sistem informasi
fungsional lain. MRP II juga bertukar data dengan subsistem informasi akuntansi
yang terlibat dalam arus material – pemasukan pesanan, penagihan, piutang
dagang, pembelian, penerimaan, hutang dagang, dan buku besar. Manfaat MRP II:
·
Penggunaan sumber daya
yang lebih efisien
Pengurangan dapat
diperkirakan terjadi dalam persediaan dalam proses dan barang jadi, peralatan
pabrik dapat dimanfaatkan lebih baik, antrian di pusat – pusat kerja dapat
ditemukan, dan pemeliharaan peralatan dapat dijadwalkan dengan lebih baik.
·
Perencanaan prioritas
yang lebih baik
Jumlah waktu yang
diperlukan untuk menempatkan pekerjaan ke dalam produksi dapat dikurangi, dan
jadwal produksi dapat lebih mudah dimodifikasi untuk mencerminkan perubahan
kebutuhan pelanggan.
·
Pelayanan pelanggan
yang meningkat
Kemampuan perusahaan
untuk memenuhi tanggal pengiriman yang dijanjikan dapat ditingkatkan, dan
tersedia peluang untuk kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih murah.
·
Semangat kerja pegawai
meningkat
Para pegawai dapat memperoleh
keyakinan dalam sistem, yang menghasilkan koordinasi dan komunikasi antar
departemen yang lebih baik.
·
Informasi manajemen
yang lebih baik
Manajemen dapat
menggunakan output sistem untuk memperoleh pandangan yang lebih baik mengenai
sistem produksi fisik dan untuk mengukur kinerja sistem itu. Selain itu,
eksekutif dan manajer perusahaan dari semua area fungsional dapat membuat
perencanaan jangka panjang yang lebih baik.
4. Pendekatan
Just-In-Time (JIT)
Pendekatan ini menjaga
arus material melalui pabrik hingga minimum dengan menjadwalkan material agar
tiba di stasiun kerja “tepat pada waktunya (just
in time)” JIT
berlawanan dengan filosofi produksi masal tradisional, yang didasarkan pada
ukuran lot besar. Ukuran lot adalah jumlah jenis barang yang diproduksi
sekaligus. Tujuan dari ukuran lot besar adalah untuk meminimumkan biaya
produksi dan setup serta untuk mendapatkan rabat dari pemasok. Namun, produksi
masal juga membawa serta biaya persediaan yang tinggi. Persediaan yang besar
mencerminkan investasi yang besar dan dapat juga mengakibatkan biaya penanganan
yang besar seperti asuransi dan keamanan.
JIT mencoba
meminimumkan biaya persediaan dengan memproduksi pada jumlah yang lebih
sedikit. Waktu adalah kunci sistem JIT. Pasokan bahan baku tiba dari pemasok
tepat sebelum produksi dijadwalkan untuk mulai. Bahan baku mulai memasuki jalur
perakitan. Pekerja pertama menyelesaikan langkah produksi pertama dan
menyisihkan barang itu. Pekerja selanjutnya memungut barang tersebut dan
melakukan langkah kedua. Proses ini terus berlanjut dari satu langkah produksi
ke yang lain. Jika seorang pekerja siap untuk barang selanjutnya, ia memberi
tanda pada pekerja sebelumnya.
JIT menyebabkan
perusahaan yang telah melakukan investasi besar dalam MRP menimbang kembali
kebijakan mereka. Beberapa perusahaan telah membuang MRP untuk JIT, sementara
yang lain tetap berdedikasi pada MRP atau mengintegrasikan JIT ke dalam MRP.
Dalam beberapa ntahun terakhir, telah jelas bahwa MRP akan bertahan menghadapi
ancaman JIT. Ini bukan berarti bahwa JIT adalah sesuatu dari masa lampau.
Sebaliknya, seperti semua konsep manejemen produksi, JIT lebih cocok untuk
lingkungan tertentu daripada yang lain. Salah satu jenis lingkungan yang telah
terbukti sangat sulit untuk JIT adalah situasi yang sangat bervariasi dalam
volume produksi yang disebabkan oleh perubahan – perubahan dalam permintaan pelanggan.
Tentu saja, situasi itu juga menyebabkan kesulitan bagi MRP.
12.3
Model
Sistem Informasi Manufaktur
1.
Input Data/Informasi
Input data
berupa data internal dan data eksternal, data internal merupakan data intern system keseluruhan yang
mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang berguna. Data ini meliputi sumber
daya manusia (SDM), material, mesin, dan hal lainnya yang mendukung Sistem Informasi
Manufaktur proses secara
keseluruhan seperti transportasi, spesifikasi kualitas material, frekuensi, perawatan, dan lain‐lain. Data Eksternal
perusahaan merupakan data yang berasal dari luar perusahaan (environment) yang mendukung proses
pengolahan data menjadi informasi yang berguna untuk perhitungan cost dalam manufaktur
mulai dari awal hingga akhir proses.. Contoh data eksternal adalah data pemasok (supplier),
kebijakan pemerintah tentang UMR, listrik, dll.
2. Sistem
Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM/HRIS)
Setiap organisasi
khususnya perusahaan memerlukan data yang bersifat riil dari setiap tingkatan manajemennya.
Data tersebut disusun dan dikelola dalam sebuah system informasi. Salah satu
sistem informasi terpenting pada perusahaan adalah mengenai Sistem Informasi Sumber
Daya Manusia/Human Resourches Information System (SISDM/HRIS). Definisi HRIS, Human Resources Information
System (HRIS) adalah program aplikasi komputer yang mengorganisir
tatakelola dan tatalaksana manajemen SDM di perusahaan guna mendukung proses
pengambilan keputusan atau biasa disebut dengan Decision Support System dengan
menyediakan berbagai informasi yang diperlukan. Pengertian menurut
wikipedia.com, yang dimaksud HRIS adalah sebuah bentuk interseksi/pertemuan
antara bidang ilmu manajemen sumber daya manusia (MSDM) dan teknologi
informasi. sistem ini menggabungkan MSDM sebagai suatu disiplin yang utamanya
mengaplikasikan bidang teknologi informasi ke dalam aktivitas-aktivitas MSDM seperti dalam hal
perencanaan, dan menyusun sistem pemrosesan data dalam serangkaian
langkah-langkah yang terstandarisasi dan terangkum dalam aplikasi perencanaan sumber daya
perusahaan/enterprise resource planning (ERP). Secara keseluruhan sistem ERP
bertujuan mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari aplikasi-aplikasi yang
berbeda ke dalam satu sistem basisdata yang bersifat universal. Keterkaitan dari modul
kalkulasi finansial dan modul MSDM melalui satu basisdata yang sama merupakan hal yang
sangat penting yang membedakannya dengan bentuk aplikasi lain yang
pernah dibuat sebelumnya, menjadikan aplikasi ini lebih fleksibel namun juga lebih kaku
dengan aturan-aturannya. Karakteristik
informasi yang dipersiapakan dalam
Sistem Informasi Sumberdaya Manusia
adalah: Timely
(tepat waktu),·Accurate
(akurat),Concise (ringkas), Relevant (relevan), Complete (lengkap). Manajer dalam suatu
perusahaan memerlukan
informasi yang memiliki karakteritik
di atas dalam rangka mengambil suatu
keputusan (a decision making).
12.4
Bagaimana
Manajer Menggunakan Sistem Informasi Manufaktur ?
Sistem
informasi manufaktur digunakan baik dalam penciptaan maupun dalam operasi
sistem produksi fisik. Informasi itu digunakan oleh eksekutif perusahaan,
manajer di area
manufaktur dan juga manajer di area lain. Para eksekutif dan wakil presiden
direktur manufaktur menerima informasi dari semua subsistem output. Manajer
pemasaran menggunakan output agar pemasar tertarik pada aspek produksi seperti
biaya, kualitas dan penyediaan karena faktor – faktor tersebut mempengaruhi
penjualan produk. Manajer keuangan memiliki perhatian khusus pada subsistem
persediaan, karena digunakan dalam menentukan investasi persediaandan pada
subsistem produksi, karena digunakan untuk membuat keputusan penting mengenai
konstruksi atau perluasan pabrik. Titik
penting nya adalah kenyataan bahwa sistem informasi manufaktur menyediakan
informasi bagi para manajer di seluruh perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar